Senin, 24 November 2008


SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

Menurut informan Pencak Silat aliran Cimande pertama kali diciptakan dari seorang Kyai bernama Mbah Kahir. Mbah Kahir adalah seorang pendekar Pencak Silat yang disegani. Pada pertengahan abad ke XVIII (kira-kira tahun 1760), Mbah Kahir pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus silat. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai Guru pertama silat Cimande.

Mbah Kahir bertempat tinggal di kampong Cogreg, Bogor, ditepi Cimande. Di Cogreg itulah ia mengajarkan dan memberi latihan Pencak Silat kepada murid-muridnya. Kemudian murid-muridnya menyebar luaskan Pencak Silat tidak hanya di daerah Bogor, tetapi sebagian besar daerah Jawa Barat seperti Jakarta, Bekasi, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Subang, Priangan (Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Kuningan, dan Cirebon).

Sewaktu masih tinggal di Cogreg Bogor Mbah Kahir sering berpergian jauh meninggalkan kampung halamannya untuk mencari nafkah dengan jual beli kuda. Perjalanan yang ditempuhnya masih rawan, karena itu dalam perjalanannya Mbah Kahir sering mengalami gangguan baik dari binatang buas maupun dari perampok. Untuk mengatasi itu, Mbah Kahir berusaha menciptakan suatu gerakan yang dapat melindungi dirinya daridari ancaman pihak lawan. Untuk itulah menurut informan, Mbah Kahir beristikharah dan shalat tahajud yang bertujuan untuk meminta inspirasi dari Allah SWT intuk mendalami Silat. Akhirnya Mbah Kahir mempelajari Silat berdasarkan Al Qur’an

Dalam mencari nafkah dengan jual beli kuda Mbah Kahir sering pergi ke Betawi. Di Betawi ia berkesempatan berkenalan dengan pendekar-pendekar silat orang Sumatera dan Cina yang ahli dalam persilatan.Perkenalannya dengan para pendekar itu menjadikannya tambahan ilmu pengetahuan tentang Pencak Silat. Ilmu yang didapat itu kemudian ia kembangkan sehingga Mbah Kahir menjadi terkenal sebagai Pendekar Pencak Silat yang tiada bandingannya. Kecepatan gerak langkah dan pukulan serta kuda-kuda yang selalu disertai dengan keseimbangan badan merupakan gerakan ampuh dalam serangan dan tangkisan.


Dalam menjalankan usaha dagangnya, Mbah Kahir sampai ke Cianjur. Dalam perjalanannya pernah diganggu perampok-perampok, tetapi berkat ilmu Pencak Silat yang dipunyainya, beliau selalu selamat dan sampai tujuannya ke Cianjur dan kembali ke Cogreg Bogor. Pada tahun 1770, Mbah Kahir menikah dengan orang Cianjur dan kemudian pindah ke Cianjur dan bertempat di Kampung Kamurang, Kecamatan Mande. Disana ia mengajarkan ilmu Pencak Silat Cimandenya. Kepada para pemuda. Pada waktu itu yang menjadi Bupati Cianjur adalah Bupati ke VI yakni Raden Adipati Wiratanudatar, yang disebut Dalem Cikundul ( 1776-1813 )

Begitu tekenalnya Mbah Kahir sebagai Pendekar Pencak Silat, maka putera Bupati Wiratanudatar disuruh belajar Pencak Silat padanya. Begitu pula para pegawai Kabupaten dan para petugas keamanan belajar Silat kepadanya. Pada suatu ketika, Mbah Kahir diuji oleh Bupati Cianjur untuk bertanding Silat dengan perantauan Cina dari Macao. Pertandingan Silat ini diadakan di alun-alun Cianjur dengan dihadiri para pembesar, keluarga Bupati dan masyarakat setempat. Dalam pertandingan ini ternyata dimenangkan oleh Mbah Kahir. Semenjak itulah Mbah Kahir jadi bahan cerita dimana-mana.

Pada tahun 1815 Mbah Kahir kembali ke Bogor dan meninggal tahun 1825. Mbah Kahir mempunyai 5 orang anak laki-laki, yakni Bp. Endut, Bp. Ocod, Bp. Otang, Bp. Komar, dan Bp. Oyot. Kelima anaknya inilah yang kemudian menyebar luaskan Pencak Silat Cimande dari Bogor melalui Cianjur ke Bandung dan hampir ke seluruh Jawa Barat. Sementara itu daerah Bogor, yang meneruskan Pencak Silat Cimande adalah murid-murid Mbah Kahir bernama Mbah Ace yang meninggal di Tarikolot / Cimande. Hingga sekarang keturunannya menjadi sesepuh Pencak Silat Cimande.

Oleh karena itu dalam permulaan abad ke XIX Pencak Silat dan Mbah Kahir di Jawa Barat tidak dapat dipisahkan. Pakaian Mbah Kahir sehari-hari jadi model pakaian Pencak Silat hingga sekarang, yaitu celana dibawah lutut berkolor (sontog) atau panjang lepas model Cina disebut “pangsi“ baju “kampret“ bertali atau berkancing dan di kiri kanan sebelah bawah terbuka sepanjang selebar tangan.

Dalam perkembangannya, Pencak Silat Cimande diterima secara luas oleh masyarakat Jawa Barat dan menyebar ke segala pelosok. Berdasarkan pola Cimande berkembang pula anak-anak aliran seperti Sera dan Ciwaringin. Dalam perkembangannya, ada yang kemudian mengadakan perubahan-perubahan jurus, seperti yang dilakukan oleh Bp. H. Abdul Rosid. Akan tetapi perubahan itu tidak prinsipil hingga gerakan dasar dan aliranpun tidak berubah namanya, tetap Cimande. Banyak murid-murid Mbah Kahir yang meneruskan dan mengajarkan Ilmu Pencak Silat ditempatnya masing-masing.

Dewasa ini, Pencak Silat aliran Cimande sudah terkenal dan tersebar diseluruh Nusantara. Di desa Cimande sendiri, Pencak Silat tidak berada dalam satu tatanan organisasi. Maksudnya tidak ada struktur organisasi. Penyebarannya lebih bersifat kekeluargaan. Jelasnya Pencak Silat Cimande menyebar melalui para keturunan dan anak muridnya dengan tahapan yang tidak terorganisir. Dalam rentang waktu yang panjang tersebut. Pencak Silat ini telah melahirkan murid-murid yang banyak. Para murid ini berguru kepada para sesepuh, kemudian mengembangkan kembali ilmu yang dimilikinya. Hasil berguru inilah kemudian baik sepengetahuan gurunya atau tidak, telah melahirkan berbagai perguruan atau Padepokan Silat masing-masing daerah asalnya.

“Pencaplokan“ nama Cimade sebagai symbol perguruan Pencak Silat tidaklah menjadi larangan. Selain itu ada pula yang mendirikan padepokan dengan nama lain tetapi “isinya“ adalah jurus-jurus Cimande. Hal ini menunjukkan bahwa Pencak Silat Cimande sedikit banyaknya telah dijadikan dasar bagi berkembangnya suatu “aliran“ Pencak Silat.
PROFIL CIMANDE
Mythos maempo Cimande
Tak jauh di tepian sungai Mande sebuah keluarga pedagang bernama Kahir hidup tinggal temtram dan damai. Di suatu hari istrinya pergi kesungai untuk melakukan kegiatan sehari-hari mencuci pakaian, makanan dan membuang hajat. Di saat istrinya mencuci pakaian di seberang tampak segerombolan monyet memungut buah kupak di tepian sungai, selang waktu kemudian datang seekor macan (maung) di tempat yang sama.
Monyet-monyet itu merasa terusik kenyamanannya dengan kedatangan macan, monyet-monyet itu menjerit jerit mengeluarkan suara sekeras-kerasnya. Suasana itu mengejutkan istri Kahir untuk memperhatikan keadaan , kemungkinan apa yang terjadi.
Macan itu marah mengaung dan menyerang ke arah monyet dengan tangannya yang kekar tetapi monyet yang bertubuh kecil itu, merasa tidak takut, meloncat dengan berkelid kembali menyerang dengan mengigit di bagian perut macan. Macan menggeliat kembali melakukan serangan- serangan namun tidak menyentuh tubuh monyet. Sebaliknya monyet yang lain dengan meggunakan tangkai kayu, mencoba mengganggu macan agar supaya marah dan menyerangnya kembali. Pada saat yang sama monyet kembali berkelit dan mengigitnya.
Kejadian ini detik demi detik diperhatikan dan diamati oleh Ibu Kahir direnungkan kembali teknik perkelaian itu. Sebagai akibatnya pekerjaannya tertinggal tidak terselesaikan tepat waktu, sehingga Ibu Kahir kembali ke rumah terlambat dan belum memasak makanan siang.
Keterlambatan memasak ini membuat Pak Kahir marah terhadap istrinya tak mau mengerti . Istrinya mencoba menjelaskan tetapi suaminya marah dengan menempeleng istrinya, dengan gerakan cepat berkelid , serangan itu dapat dihindari.Kemarahan yang tidak terkontrol itu meluap-luap dilakukan dengan pukulan demi pukulan namun tak berhasil menyentuh istrinya, cukup diatasi dengan gerakan kelid.
Pak Kaher nafasnya terengah-engah, bertanya kepada istrinya: "Di mana kamu belajar maen poho?" (artinya "menipu gerakan" dipersingkat menjadi "maempo"). Istrinya menjelaskan kepada suaminya , dia terlambat kembali dari sungai disebabkan lama sedang asik menikmati perkelaian (maung) macan dan monyet. Sejak itu Kahir bertanya-tanya bagaimana gerakan tadi, istrinya dengan rajin memberikan contoh gerakan kelid.
Kahir dengan cermat memulai memikirkan menjadi gerakan perkelaian yang kini dikenal dengan nama "jurus kelid pamonyet", monyet menyerang dengan tangkai kayu menjadi "jurus pepedangan" dan serangan tangan yang kokoh dikenal"jurus pamacan".
Karena posisi macan sewaktu menyerang monyet kedua kakinya sedang berada di posisi duduk dan monyet menggunakan posisi kuda-kuda rendah, maka latihan dasar Cimande pertama-tama jurus kelid dimulai dari posisi macan yaitu duduk dan tingkat berikutnya mulai latihan dari posisi berdiri dengan kuda-kuda pamonyet(rendah). Berikutnya teknik mempo' ini terus dikembangkan oleh Kahir dan masyarakat setempat memberikan nama maenpo' Cimande.
(Sumber wawancara dengan Bapak Rifai Guru Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta 1993)

Hidup guru Kahir
(kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:18-19)
Kahir tinggal di kampung Cogreg, Bogor menjadi pendekar yang disegani kira-kira pada tahun 1760 pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus mempo' Cimande. Kemudian murid-muridnya menyebarkan luaskan kedaerah lainnya seperti Batavia, Bekasi, Karawang, Cikampek, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Kuningan, dan Cirebon.
Sewaktu beliau tinggal di Cogreg Bogor, Kahir sering bepergian jauh meninggalkan kampung halamannya untuk berdagang kuda. Pengalamannya sering di begal oleh rampok dan bandit namun keadaan itu dapat diatasi karena kepiawaiannya bermain maempo'.
Di Batavia berkesempatan berkenalan dengan pendekar-pendekar silat Minangkabau dan Cina yang ahli dalam dunia persilatan untuk saling mencoba dengan bertukar pengalaman. Pertemuan dengan ahli silat lain ini memberikan cakrawala untuk membuka wawasan pandangan tentang permainan yang dimilikinya berinteraksi dengan budaya lain.
Ketika berdagang di Cianjur, beliau bertemu dengan Bupati Cianjur ke VI yakni Raden Adipati Wiratanudatar(1776-1813) Beliau menetapkan pindah ke Cianjur dan berdomisili di kampung Kamurang. Raden Adipati Wiratanudatar mengetahui bahwasanya Kahir mahir bermain mempo' untuk itu memintanya untuk mengajar keluarganya, pegawai kabupaten dan petugas keamanan.
Untuk membuktikan ketrampilannya, bupati mengadakan adu tanding melawan pendekar dari Cina dengan permainan kuntao Macao di alun-alun Cianjur. Pertandingan yang dimenangkan oleh Kahir ini membuat namanya semakin populer di Kabupaten Cianjur.
Pada tahun 1815 Kahir kembali ke Bogor, beliau memiliki 5 putra yaitu Endut, Ocod, Otang, Komar dan Oyot. Dari kelima anak inilah Cimande disebarkan keseluruh Tanah Pasundan. Sementara di Bogor yang meneruskan penyebaran Cimande adalah muridnya yang bernama Ace yang meninggal di Tarikolot yang hingga kini keturunannya menjadi sesepuh pencaksilat Cimande Tarikolot Kebon Jeruk Hilir.
Pada permulaan abad XIX di Jawa Barat adalah masa-masa kejayaan Cimande sehingga cara berpakaian Kahir dengan menggunakan pakaian celana sontok atau pangsi dengan baju kampret menjadi model pakaian pencak silat hingga kini.
Pada tahun 1825 Kaher meninggal dunia sedangkan buah karyanya terus berkembang dan diterima secara luas oleh masyarakat Jawa Barat. Pola pendidikannya dikembangkan oleh anak didiknya seperti Sera' dan aliran Ciwaringin yang dalam perkembangannya mengadakan perubahan jurus seperti yang dilakukan Haji Abdul Rosid. Akan tetapi berubahan itu tidak jauh berubah dari pakem mempo'Cimande .
Dewasa ini Cimande sudah berkembang ke seluruh pelosok dunia, masalahnya Kahir meninggalkan maempo Cimande tidak berupa catatan tertulis , oral tradisi yang tidak sistimatis. Di desa Cimande, maempo' Cimande tidak berada di dalam tatanan yang terpadu seperti organisasi.
Maempo Cimande perkembang bermula dari keturunan dan keluarga yang tidak terorganisir dalam waktu yang panjang telah menghasilkan murid-murid yang banyak dan dari senilah berkembang dengan seizin atau tidak menjadi perguruan-perguruan Cimande yang baru yang satu dengan yang lain tidak aling mengenal lagi.
Setidak tidaknya Cimande menjadi bagian dasar pendidikan aliran-aliran pencak silat baru yang sudah banyak tersebar diseluruh dunia.

Pola dasar Cimande
(kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:20-22)
Cimande pada mulanya menggunakan teknik perkelaian dengan jarak jauh, yaitu pesilat mengambil jarak jangkau selepas kaki, jarak ini dimungkinkan untuk dapat mudah menghindari serangan lawan. Jarak ini menjadi jarak dominan untuk serang balik.
Setiap pesilat dalam melakukan serangan harus memperhatikan sikap kaki atau kuda-kuda yang bertujuan untuk menjaga jarak lawan. Kuda-kuda pipih yang digunakan dapat dengan mudah dipindah-pindah, dan dapat diubah-ubah dalam kecepatan dan frekuensi tinggi. Karena dipastikan lawan akan memberikan serangan jarak dalam bentuk pukulan atau tendangan cepat dan tinggi, untuk mengatasinya maka diperlukan jurus agar pesilat dapat mengimbanginya.
Secara garis besar Comande dibagi dibagi dalam tatanan yaitu: Kelid Cimande, Pepedangan Cimande dan Tepak Selancar. Kelid dan Pepedangan merupakan jurus beladiri, sedangkan Tepak Selancar Jurus Seni (dengan iringan musik gendang pencak).
1. Jurus Kelid Cimande
Jurus ini adalah jurus inti yang bertujuan menangkis serangan lawan dengan berusaha merobohkannya. Kelid artinya menangkis serangan lawan sambil berusaha merobohkannya.
Jurus ini berjumlah 33 jurus yaitu:
1.tonjok bareng,
2.tonjok saubelah,
3.kelid selup,
4.timpah seubelah,
5.timpah serong ,
6.timpah duakali,
7.batekan,
8.teke tampa,
9.teke purilit
10.tewekan,
11.kedutan,
12.guaran,
13.kedut guar
14.kelid dibeulah
15.selup dibeulah,
16,kelid tonjok
17.selop tonjok
18.kelid tilu,
19.selup tilu
20.kelid lima
21.selup lima
22 peuncitan,
23.timpah bohong
24.serong panggul,
25.serong guwil,
26.serong guar,
27.singgul serong,
28.singgul sebelah,
29.sabet pedang,
30.beulit kacang,
31.beulit jalak pengkor
32.pakala alit
33.pakala gede
Jika diperhatikan jurus kelid ini nampaknya tertumpu pada ketangguhan tangan sebagai inti kekuatan, seperti:
Tonjok : bentuk tangan mengepal
Teke : menggunakan ruas jari tangan
Tewekan : bentuk tangan pipih menusuk
Kedutan : menggunakan telapak tangan
Guaran : menggunakan sisi tangan bagian luar aupun dalam
Singgulan : menggunakan pangkal tangan
Secara keseluruhan gerakan jurus kelid terlihat agak unik dari gerakan silat lainnya yang pada biasanya keuatan serangan bertumpu kepada kaki seperti silat Minangkabau.
Untuk melatihnya:
Biasanya dilakukan dengan duduk ditempat, sepasang duduk saling berhadapan salah satu kaki dilipat dan lainnya dilonjorkan kedepan demikian pula pasangannya dengan posisi sebaliknya. Pasangan itu melakukan serang bela dalam posisi duduk .
Tujuan latihan ini untuk melatih daya emajinasi seseorang untuk menentukan kuda-kuda yang tepat saat jurus-jurus tersebut dilakukan dengan posisi berdiri. Dengan dikuasainya gerakan tangan tentunya secara otumatis dapat dengan mudah menggunakan kuda-kuda dan serang bela.
2. Jurus pepedangan Cimande
Jurus ini bertumpu kesigapan kaki dan teknik serangan senjata golok. Dalam latihan digunakan senjata dari bambu sebagai pengganti senjata yang sesungguhnya.
Jurus pepedangan ini berjumlah 1 rangkaian jurus yaitu elakan sebeulah - selup kuriling - jagangan - tagongan - piceunan - balungbang- balumbang - sabeulah - opat likur - buang dua kali - selup kuriling langsung - selop bohong.
3. Jurus Tepak Selancar
Jurus ini hanya disajikan sebagai keindahan gerak karena jurus jurusnya memiliki unsur keindahan dan setiap penampilannya harus diiringi musik gendang pencak yang terdiri dari dua gendang besar(indung) dan dua gendang kecil(kulantir) yang berperan sebagai pengiring gerakan dan mengatur tempo lagu. Terompet sebagai melody lagu dan gong kecil (kempul) atau bende dalam penampilannya gerakan pencak selalu ditikberatkan dengan iringan gendang.
Pakem musik yang sudah baku ialah: tepak dua, tepak dungdung , paleredan, golempang dan tepak tilu.

Calon murid dan kode etik
(kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:20-22)
Setiap calon murid Cimande yang akan mengikuti latihan terlebih dahulu harus menyatakan kesediaannya mematuhi tatacara atau etika perguruan yang amat dihormati;
Syarat-syaratnya ialah harus melalui rangkaian upacara tradisi seperti puasa selama 7 hari yang dimulai dari hari Senin atau Kamis.
Selanjutnya membacakan sumpah atau janji (Patalekan Cimande)
1. Harus taat sdan taqwa kepada Allah dan Rasulnya
2. Jangan melawan kepada ibu dan bapak
3. Jangan melawan kepada guru dan ratu(pemerintah)
4. Jangan berjudi dan mencuri
5. Jangan ria, takabur dan sombong
6. Jangan berbuat zinah
7. Jangan bohong dan licik
8. Jangan mabok-mabokan dan menghisap madat
9. Jangan jahil dan menganiaya sesama mahluk Tuhan
10. Jangan memetik tampa ijin, mengambil tampa minta,
11. Jangan suka iri hati dan dengki
12. Jangan suka tidak membayar hutang
13. Harus sopan santun, rendah hati dan saling harga menghargai diantara sesama manusia.
14. Berguru Cimande bukan untuk gagah-gahan , kesombongan dan ugal-ugalan tetapi untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Patalekan Cimande dijelaskan sedemikian rupa dan diulang-ulang kepada calon murid hingga murid benar-benar memahaminya dan mematuhinya dengan dipegang tangannya oleh guru sebagai tanda kesanggupan .
Berikutnya guru membacakan do'a tawasul dan meneteskan air bercampur daun sirih ke mata sang murid (dipeureh) tradisi ini disebut upacara keceran untuk menajamkan pandangan mata.
Pada dasarnya Cimande ini berfungsi sebagai media siar agama Islam oleh karena itu ketaatan kepada Allah dan Rasulnya dengan menjalankan segala perintahnya dan menjahui larangannya merupakan syariat yang harus ditaati warga Cimande. Cimande merupakan pengisi dan pengekang nafsu hewani dan sifat-sifat lain yang dapat merugikan semua pihak. Hal ini Cimande bukan bertujuan untuk menguasai dan berkuasa atas diri manusia lainnya. Pada hakekatnya Talek Cimande adalah roh dari pencaknya, tampa Talek Cimande, pencak Cimande ibarat mayat yang menebarkan bau busuk yang menyesakkan.

Semoga informasi ini berfana'at memberi gambaran apa dan bagaimana Cimande. Selamat menjalankan ibadah puasa dan semoga tetap afdol puasanya.
Amin
Wassalam
Jurus yang dilatih:
1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan, tetapi mohon dibedakan pamacan yang "black magic" dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dll. Silakan guyur aja dengan air kalau ketemu yang kaya gini. ).
2. Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah. Saya sendiri sempat melihatnya di Tasikmalaya, semoga beliau diberi umur panjang, kesehatan dan murid yang berbakti sehingga jurus ini tidak benar-benar punah).
3. Jurus Pepedangan (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).
PREDIKAT : KLASIFIKASI TINGKAT KBPC
.
1. Sabuk Putih (Dasar / Seni Budaya)Batas penguasaan 1 s.d 5 jurus

2. Sabuk Kuning (Wira Putra)Batas penguasaan 1 s.d 10 jurus

3. Sabuk Hijau (Wira Muda)Batas penguasaan 1 s.d 16 jurus

4. Sabuk Biru (Wira Utama/Asisten Dua(ASDA))Batas penguasaan 1 s.d 21 jurus

5. Sabuk Coklat ( Satria Muda / Asisten Satu (ASTU))Batas penguasaan 1 s.d 26 jurus

6. Sabuk Hitam (Satria Utama/Pelatih Utama (PELATU))Batas penguasaan 1 s.d 33 jurus,termasuk puepuedangan

7. Sabuk Merah (Pendekar Muda (PERMUDA)

8. Sabuk Merah Besar (Utama (GURU BESAR)